Raffi Ahmad, sebagai salah satu selebriti terkemuka di Indonesia, kerap menjadi sasaran hoaks yang beredar luas di media sosial. Seiring dengan perkembangan teknologi, terutama kecerdasan buatan (AI), penyebaran informasi palsu semakin mudah dilakukan. Berikut adalah beberapa contoh kasus hoaks yang mencatut nama Raffi Ahmad dan bagaimana dampaknya terhadap publik.

Manipulasi Video dengan Narasi Palsu

Salah satu hoaks yang beredar menampilkan video Raffi Ahmad bersama pengusaha Rudy Salim. Video tersebut disertai narasi yang menyebut bahwa keduanya bekerja sama dengan Menkominfo untuk melegalkan judi online. Setelah ditelusuri, klaim ini terbukti tidak benar. Video asli sebenarnya diambil dari kanal YouTube Prestige Productions, di mana tidak ada kaitan sama sekali dengan isu legalisasi judi online.

Penyalahgunaan Logo dan Suara Raffi Ahmad

Kasus hoaks lainnya melibatkan penyalahgunaan logo Detik.com dan manipulasi suara Raffi Ahmad. Sebuah laman Facebook palsu mencatut nama Detik.com dan mengunggah video yang seolah-olah menampilkan Raffi Ahmad mempromosikan situs judi online. Penelusuran mendalam menunjukkan bahwa suara Raffi dalam video tersebut merupakan hasil manipulasi AI, dan Detik.com tidak pernah memposting konten semacam itu.

Fakta: Laman Facebook resmi Detik.com telah diverifikasi dengan tanda centang biru, dan tidak pernah terlibat dalam promosi judi online. Manipulasi seperti ini sangat merugikan, baik bagi Raffi Ahmad maupun media yang dicatut namanya.

Hoaks Wawancara Palsu di Program Mata Najwa

Sebuah hoaks lainnya menampilkan video wawancara palsu di program Mata Najwa, di mana Raffi Ahmad diklaim membuka situs slot online bernama “Ojol 69.” Dalam video tersebut, Raffi disebut memberikan jaminan maxwin dalam 10 menit. Hoaks ini dirancang dengan transkrip percakapan yang dibuat-buat, seolah-olah merupakan wawancara asli antara Raffi dan Najwa Shihab.

Dampak Hoaks terhadap Masyarakat

Penyebaran hoaks seperti ini tidak hanya merugikan individu yang dicatut namanya, tetapi juga dapat menyesatkan masyarakat. Informasi palsu yang disebarkan secara luas dapat mempengaruhi opini publik dan merusak reputasi seseorang. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita semua untuk lebih kritis dalam menyaring informasi dan tidak mudah percaya dengan konten yang tidak jelas sumbernya.